BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Banyak
orang pernah mendengar tentang penyakit AIDS, tapi sedikit orang yang
mengetahui apa sesungguhnya penyakit AIDS itu. AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency syndrome
yaitu sekumpulan gejala dan infeksi ( sindrom) yang timbul karena rusaknya
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus.
Tidak disangka ternyata penyakit AIDS yang
menakutkan itu sudah menjangkau hampir seluruh propinsi di Indonesia. Sekitar
170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS.
Jumlah kasus kematian akibat AIDS diperkirakan 5.500 jiwa. Bahkan yang paling
menyeramkan penyakit AIDS ini juga menyerang bayi, kaum ibu dan para pelajar. Melihat
hal ini setiap orang perlu mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS tersebut.
Oleh
sebab itu penulis mencoba mengangkat topic Aids ini sebagai bahan acuan bagi
kita untuk mendalami lebih jauh lagi tentang bahaya AIDS bagi kehidupan kita.
B. Rumusan
masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana seharusnya kita memaknai
kata AIDS itu agar pola kehidupan kita terhindar dari bahaya/ancaman dari
penyakit tersebut.
C. Tujuan
penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah agar kita
bisa mengetahui lebih jauh lagi akan bahaya dari penyakit AIDS, dan cara
pencegahannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kasus HIV/AIDS
1. Indonesia
Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia hingga 2010
akan mencapai antara 93 ribu hingga 130 ribu kasus yang prinsip fenomea gunung
es yang berlaku menyatakan jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanya 5-10%
dari jumlah keseluruhan.
Jumlah penderita HIV/AIDS di indonesia sejak tahun
1980-an hingga september 2009 yang terdata oleh Departemen Kesehatan mencapai
18.422 penderita dengan perbandingan jumlah penderita laki-laki dan perempuan
sebesar 3:1.
Direktorat Jenderal Penyakit dan Pengendalian
Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 dilaporkan
tambahan kasus HIV/AIDS mencatapi 351 kasus. Kasus penderita AIDS dari tanggal
1 januari 1987 hingga maret 2011 mencatapi 24.482 kasus dengan angka kematian
4.603 jiwa, laki-laki 17.840 orang akibat penggunaan narkoba suntik (IDU) dan
perempuan 6.553 orang. Akibat IDU 665 dan tidak diketahui 89 kasus, akibat IDU
52 kasus menurut faktor resiko, akibat heteroseksual 13.00, hemobiseksual 734,
IDU 9.274, tansfusi darah 49, transmisi pinatal 637 dan tidak diketahui 783.
2. Sulawesi
Tenggara
Di propunsi sulawesi tenggara sendiri penderita AIDS
mencapai 105 orang, tahun 2010 ditemukan 1 penderita baru.
Masyarakat sulawesi tenggra sudah harus memproteksi diri
terhadap perkembangan virus mematikan ini.
Lembata Advokasi HIV/IADS (LAHA SULTRA) ditemukan
sebanyak 127 kaus. Tahun 2004-2010 menemukan kasus HIV/AIDS tertinggi di
kendari yaitu 38 kasus, kabupaten muna 24 kasus, wakatobi 13 kasus, kabupaten
Buton dan kolaka 8 kasus dan kota Baubau 6 kasus, menyusul Bombana 5 kasus,
Konawe selatan 4 kasus, kabupaten Konawe 3 kasus dan Konawe utara 3 kasus.
Dari 127 kasus terdiri dari 77 orang pria dan 50
orang wanita. Jumlah kasus yang masih bertahan
hidup dan hingga sekarang tinggal 24 orang. Kendari merupakan persentase
jumlah penderita terbanyak, hal ini mungkin karena termasuk saalah satu kota
beser dan strategis untuk keluar masuk seseorang.
Dari kelompok umur penderita dari usia 5-14 tahun
sebanyak 3 penderita, usia 15-19 tahun sebanyak 3 penderita, selanjutnya usia
20-29 tahun sebanyak 46 kasus, usia 30-39 tahun sebanyak 55 kasus, usia 40-49
tahun 19 penderita dan usia 50 tahun keatas sebanyak 59 kasus.
3. Baubau
Sementara di kota Baubau, jumlah penderita virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immue Deficiency Syndrome (AIDS),
terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Baubau yaitu Mustamin Mortosiswoyo mengatakan
bahwa di tahun 2007 lalu jumlah warge yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS hanya 2
orang, ditahun 2008 warga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tidak ada, namun
tahun 2009 ditemukan 4 orang dan tahun 2010 5 orang dan ditahun 2011 hingga
bulan agustus, warga yang terdeteksi mecapai 9 orang sehingga kumulatif
penderita HIV.AIDS saat ini sudah mencapai 20 orang. Meningkatnya jumlah
penderita HIV/AIDS di Kota Baubau, dimungkinkan karena posisi geografis Kota
Baubau sendiri merupakan daerah transi kapal-kapal PELNI dari kawasan rimur dan
barat indonesia. Boleh juga virus tersebu dibawa oleh warga yang merantau di kota
lai seperti : Papua, Ambon, Surabaya, Jakarta bahkan luarnegeri seperti
Malalysia namun baru terdeteksi di Baubau kemungkinan yang lain di bawa warga
lain yang singgah ke Baubau dan warga Baubau sendiri pernah berhubungan seks di
luar kota baubau.
B.
Unsur-unsur
yang terkait dalam HIV/AIDS
1. Man
(People)
HIV/AIDS memang virus berbahaya karena belum ada
serum, obat atau vaksin yang bisa membunuh virus yang satu ini. Dan yang lebih
berbahaya lagi, HIV/AIDS termasuk penyakit menular. Itu lah kenapa orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) sering dihindari.
Pada usia remaja, penyebaran HIV yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh hubungan seks tanpa menggunakan pelindung dengan
orang yang terinfeksi atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Pendidikan seks terhadap anak-anak dan remaja sangatlah penting untuk membantu
pencegahan HIV melalui penularan secara seksual, selain juga memberikan
pengetahuan mengenai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
(Penyakit Manular Seksual/PMS), termasuk klamidia, herpes kelamin, gonore,
hepatitis B, sifilis, and kutil kelamin (genital warts). Banyak PMS yang
menyebabkan iritasi, rasa sakit, atau bisul pada kulit dan selaput lendir yang
dapat dimasuki oleh virus. Pengidap PMS, seperti contohnya herpes kelamin,
telah terbukti memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi HIV bila
orang tersebut melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung dengan
seseorang yang positif HIV.
Virus HIV akan mati dengan cepat jika berada diluar
tubuh manusia. Virus tersebut tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial
biasa atau sehari-hari saja. Anggota keluarga juga tidak akan terkena virus
saat mereka menggunakan gelas minum yang dipakai oleh si penderita. Belum ada
kasus dimana anak yang terinfeksi HIV menularkan virusnya ke anak lain didalam
lingkungan sekolah.
Dikalangan wanita tunasusial atau pekerja seksual
sangat beresiko dengan penularan penyakit ini, dikarenakan sering bergonta-ganti
pasangan.
Stigma negative terhadap ODHA masih menempel kuat
dalam benak masyarakat. Kekurangpahaman masyarakat tentang HIV/AIDS menyebabkan
reaksi negative terhadap ODHA. Padahal ODHA juga manusia sosial yang ingin
berinteraksi dengan orang lain. Mereka seharusnya tidak langsung memvonis
hukuman terhadap ODHA dengan mengasingkannya. Mereka juga ikut bertanggung
jawab terhadap penyebaran HIV/AIDS yang terjadi saat ini. Sikap masyarakat yang
bersikap acuh tak acuh terhadap fenomena ini menjadi indikator kecacatan
masyarakat.
Perlu adanya pemahaman mendalam tentang HIV/AIDS
agar masyarakat tidak salah mengambil tindakan. Pembinaan masyarakat mutlak
dilakukan secara kontinu sehingga tercipta kesadaran umum. Dari kesadaran ini
akan melahirkan kebiasaan masyarakat yang terbebas dari perilaku negative.
Karena faktor utama penyebab munculnya HIV/AIDS adalah perilaku negative yang
jauh dari norma keagamaan. Sehingga jika ada salah satu anggota masyarakat yang
melakukan perilaku menyimpang, dengan serta merta anggota masyarakat yang lain
akan segera meluruskan perilaku tsb dan tidak akan membiarkan perilaku tsb
menyebar kepada anggota lain. Pada saat itulah penyebaran HIV/AIDS dapat
berkurang secara signifikan.
Masyarakat sebagai pengendali kehidupan sosial
memiliki fungsi strategis dalam perencanaan dan penanggulangan HIV/AIDS. Dari
anggota masyarakat terkecil (keluarga) hingga berbagai organisasi/lembaga
masyarakat harus ikut berperan aktif dalam menangani masalah ini.
Peran strategis masyarakat dalam penanggulangan
HIV/AIDS antara lain :
1. Mendidik anggota
keluarga berdasarkan norma agama Keluarga
memegang peran utama dalam pendidikan agama khususnya orang tua. Karena mereka
adalah guru pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan etika dan moral agama.
Tak jarang sumber kejahatan/perbuatan negative berasal dari kondisi keluarga
yang carut-marut. Orang tua harus peka terhadap problematika yang dihadapi
anaknya dan mampu memberikan solusi terbaik baginya. Khususnya bagi orang tua
yang memiliki anak yang mengidap HIV/AIDS, selalu memberikan motivasi positif,
mengevaluasi diri terhadap kehidupan keluarganya karena bisa jadi awal
keburukan anaknya berasal dari kondisi keluarganya dan senantiasa membantu
anaknya setiap saat.
2. Partisipasi aktif para
tokoh masyarakat Tokoh masyarakat yang dianggap
sebagai panutan masyarakat ikut andil dalam menjalankan program-program
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Tokoh masyarakat ini harus dibekali
berbagai informasi mendalam tentang HIV/AIDS agar tidak memunculkan sikap
negative terhadap ODHA. Sebagai teladan masyarakat, maka mereka harus menjadi
penggerak pertama untuk menanggulangi HIV/AIDS dan turut menciptakan lingkungan
yang kondusif setidaknya di lingkungan sekitarnya. Contohnya dengan menjadi
kader peduli HIV/AIDS.
3. Memberdayakan lembaga
keagamaan dan adat Faktor penyebab muncul
dan menyebarnya HIV/AIDS adalah pergaulan bebas yang menyimpang dari norma
keagamaan. Oleh sebab itu, lembaga keagamaan dan adat (jika tidak melanggar
norma agama) harus diberdayakan seoptimal mungkin di tengah masyarakat dengan
cara lebih giat mendakwahkan syiar agama dan akhlakul karimah (akhlak terpuji).
Mereka adalah para tokoh agama yang senantiasa memberikan pemahaman agama
kepada masyarakat dan memotivasi ODHA untuk terus mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta serta senantiasa melakukan yang terbaik selama hidupnya.
4. Mengoptimalkan peran
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banyak LSM di
tengah masyarakat yang harus kita optimalkan fungsinya. LSM dibentuk untuk
membantu kelancaran pelaksanaan program-program pemerintah. Jangan sampai LSM
yang ada saat ini digunakan untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi.
LSM harus mengevaluasi setiap kinerjanya agar selalu memberikan yang terbaik
bagi masyarakat khususnya mengenai penanggulangan HIV/AIDS. Bertambahnya jumlah
ODHA menjadi pukulan keras bagi LSM karena kegagalan program mereka dalam
menghambat laju penyebaran HIV/AIDS.
5. Memberdayakan peran
lembaga pendidikan (sekolah/perguruan
tinggi) Lembaga pendidikan sebagai tempat membina anak didiknya menjadi manusia
yang intelektual hendaknya tetap mementingkan nilai moral agama. Manusia yang
berkualitas adalah manusia yang mampu memadukan antara IPTEK (Ilmu Pengetahuan)
dan IMTAK (Iman dan Takwa). Di Indonesia, banyak sekolah dan perguruan tinggi
yang mampu membentuk manusia menjadi intelektual, namun terkadang lupa dalam
menanamkan moral agama. Padahal orang yang pintar tapi hatinya busuk jauh lebih
berbahaya bagi Negara daripada orang bodoh. Oleh karena itu,perlu diterapkan
metode pendidikan yang mampu menggabungkan intelektual dan agama secara
harmonis, tidak berat sebelah. Selain itu, para tenaga kependidikan harus
menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Karena mereka menjadi figur yang
dijadikan contoh oleh anak didiknya.
6. Mengoptimalkan peran
media massa Pengaruh media massa baik cetak
maupun elektronik mampu membentuk karakter pemikiran masyarakat. Sayap media
sekarang semakin marak dengan tontonan pergaulan bebas. Padahal media massa
memiliki pengaruh sangat besar dalam mendidik masyarakat menjadi manusia yang
bermoral dan intelektual. Penyebaran informasi tentang HIV/AIDS dapat diekspos
lebih luas dan cepat bila dibandingkan dengan cara manual (face to face).
Informasi mendalam tentang penanggulangan HIV/AIDS akan sampai ke tangan
masyarakat lebih sempurna melalui media massa karena masyarakat selalu menonton
tayangan televisi dan membaca koran/tabloid. Oleh karena itu, pemerintah harus
bekerja sama dengan seluruh media massa yang ada di Indonesia untuk berperan
aktif mendidik masyarakat bermoral dan intelektual. Dengan adanya kerja sama
ini, penanggulangan HIV/AIDS akan terselesaikan dengan sendirinya.
7. Melakukan berbagai
riset untuk menemukan obat HIV/AIDS
melalui lembaga riset Selama dua puluh tahun, penelitian terhadap virus
HIV/AIDS terus dilakukan oleh lembaga riset dunia. Perkembangan terbaru saat
ini adalah berhasil ditumbuhkannya suatu kristal yang memungkinkan peneliti
untuk melihat struktur enzim yang disebut dengan integrase. Enzim ini ditemukan
pada retrovirus seperti HIV dan merupakan target untuk beberapa obat HIV
terbaru. Peneliti dari Imperial College London dan Harvard University
mengumumkan telah berhasil memiliki struktur dari integrase dari virus ini. Ini
berarti peneliti dapat memulai untuk memahami bagaimana kerja dari obat
inhibitor integrase serta bagaimana menghentikan perkembangan HIV/AIDS. Kita
berharap obat terbaik bagi ODHA dapat ditemukan secepatnya dan penyebaran
HIV/AIDS dapat dihentikan.
Strategi Nasional
penanggulangan HIV/AIDS ( Stranas ) pertamadirumuskan dan digunakan sejak 1994.
Berbagai perkembangan danperubahan yang terjadi akhir-akhir ini telah mendorong
semua pihak untukmenyusun Strategi Nasional yang sesuai kondisi saat ini.Data
epidemiologis menunjukkan bahwa penularan HIV di Indonesia sejaktahun 1995
semakin memprihatinkan. Kenaikan jumlah kasus baru darimereka yang tertular HIV
meningkat sangat tajam.
Prevalensi HIV pada
darah donor terjadi peningkatan 8 kali sejak tahun 1995, sedangkan di beberapa
daerah prevalensi HIV positif dikalangan pekerja seks meningkat sampai
mendekati 5 %. Tingkat epidemi HIV di Indonesia mengarah pada katagori epidemi
terkonsentrasi seperti di Propinsi Riau, Papua, DKI Jakarta dan Bali. Sampai tahun
2002 telah 29 propinsi yang melaporkan adanya kasus HIV di daerahnya.Penularan
HIV melalui hubungan seksual merupakan cara penularan yang tertinggi, disusul
dengan cara penularan melalui penggunaan jarum suntik secara bersama oleh
penyalahguna Napza suntik yang meningkat pesat sampai 8 kali dalam 6 tahun
terakhir. Sejalan dengan meningkatnya jumlah kasus HIV, maka jumlah kasus AIDS
juga meningkat cepat yang menyebabkan upaya penanggulangan memerlukan bukan
saja pada upaya pencegahan, tetapi juga upaya pengobatan, perawatan dan
dukungan. Sementara itu diketahui walaupun obat Antiretrovirus telah banyak
berkembang, tetapi akses untuk mendapatkannya masih sangat sulit, sangat mahal
dan memerlukan langkah-langkah medis khusus dalam penggunaan dan pemantauannya.
Berbagai upaya telah
dijalankan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan
keluarganya, namun hal ini masih terus berlangsung. Salah satu cara untuk
mengatasinya adalah dengan peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS dikalangan masyarakat
termasuk mereka yang bekerja di unit-unit pelayanan kesehatan. Respon nasional
dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah keikutsertaan Indonesia dalam memenuhi
komitmen internasional, khususnya kesepakatan yang tercantum dalam Deklarasi
UNGASS dan Deklarasi ASEAN tentang penanggulangan HIV/AIDS tahun 2001. Masalah
HIV/AIDS telah dibahas dalam Sidang Kabinet Khusus bulan Maret 2002. Dalam
konteks ini, pemberian peran yang lebih besar kepada ODHA perlu diperhatikan.
Dari kajian berbagai
dokumen dan masukan dari berbagai pihak yang terlibat dalam upaya
penanggulangan HIV/AIDS selama ini, diidentifikasi tujuh area prioritas
penanggulangan HIV/AIDS untuk lima tahun mendatang yaitu:
1. Pencegahan HIV/AIDS.
2. Perawatan, Pengobatan dan Dukungan terhadap
ODHA.
3. Surveilans HIV/AIDS dan Infeksi Menular
Seksual.
4. Penelitian dan Riset Operasional.
5. Lingkungan Kondusif.
6. Koordinasi Multipihak.
7. Kesinambungan Penanggulangan.
2. Money
WHO memiliki siklus perencanaan anggaran program dua
tahunan. Anggaran yang direncanakan untuk inti HIV / AIDS WHO daerah bekerja
untuk 2006-2007 adalah US $ 281.000.000 dengan jumlah tambahan sebesar US $
99.000.000 yang dibutuhkan untuk mendukung terkait HIV kegiatan di bidang
program lain (termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, tuberkulosis, gizi,
penting obat-obatan, teknologi kesehatan dan sumber daya manusia untuk
kesehatan). Untuk rencana sepenuhnya menerapkan akses yang universal WHO,
diperkirakan bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk periode tiga tahun 2008-2010
akan US $ 414.000.000 untuk inti HIV / AIDS area kerja dan tambahan sebesar US
$ 137 juta untuk daerah program lainnya.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) mengungkapkan, anggaran untuk program penanggulangan HIV/AIDS di
indonesia hingga kinii masih tergantung pada bantuan luar negeri
3. Methode
Metode untuk penanggulangan
mengatasi HIV/IDS antara lain :
a) Metode
penanggulangan HIV/AIDS jangka panjang
Penyebaran AIDS di indonesia (Asia Pasifik) sebagian
besar adalah karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS
yang menimpa orang indonesia adalah mereka yang pernah keluar negeri dan
mengadakan bubungan seksual dengan orang asing.
Hasil penelitian menungjukkan bahwa resiko penularan
dari suami pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke
suaminya adalah 8%. Ada penelitian yang lain, bahwa resiko peularan suami ke
istri atau istri ke suami di anggap sama, sebabnya masyarakat tidak perlu takut
pada panularan HIV yang penting kita selalu berpegang teguh pada norma-norma
kerimuran dan agama kita.
Upaya jangka panjang yang haus kita lakukan untuk
mencagah merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan
kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat
dapat berperilaku seksual yang bertanggu jawab yang di maksud berperilaku
seksual yang bertanggung jawab adalah :
·
Tidak melakukan
hubungan seksual sama sekali
·
Hanya melakukan
hubungan seksual dengan intraseksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV
(monogamy)
·
Menghindari hubungan
seksual dengan wanita tunasusila
·
Menghindari hubungan
seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual
·
Mengurangi satu mitra
seksual sesedikit mungkin
·
Hindari hubungan
seksual dengan kelompok beresiko tinggi tertular AIDS
·
Gunakan kondom mulai
dari awal sampai akhir hubungan seksual
Kegiatan tersebut dapat
berupa dialog dengan tokoh-tokoh agama, penyebarluasan informasi tentang AIDS
dengan bahasa agama, melalui penataran P4, dll yang bertujuan mempertebal iman
serta norma-norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab,
diharapkan mampu mencegah penyebaran AIDS di Indonesia.
b) Metode
penanggulangan HIV/AIDS jangka menengah
Dalam
penanggulangan jangka mengengah inveksi HIV/AIDS di indonesia, pemerintah akan
mengacu pada kebijakan dasar sebagai berikut :
·
Menggunakan pendekatan
multisektoral dan kemitraan
·
Menghormati hak azasi
dan mendorong tanggujawab dari individu yang terimbas oleh dampak infeksi
HIV/AIDS
·
Memberdayakan
masyarakat untuk melaksanakan upaya pencegahan infeksi HIV/AIDS dan
penyebarannya
·
Perawataan dan dukungan
ODHA harus terintregrasi dalam jajaran layanan kesehataan dan layanan sosial
yang sudah ada pada saat ini di indonesia
·
Menerapkan kawaspadaan
unversal dan program K3 untuk meminimalkan terjadinya penularan dalam semua
tindakan medis atau kesehatan
·
Semua tes antibodi
HIV/AIDS untuk diagnosis harus dilaksanakan secara sukarela dengan persetujuan
dari yang bersangkutan setelah mendapatkan informasi yang jelas dengan
konseling pra dan pasca tes yang memadai seta terjamin kerahasiaannya
·
Pengembangan kebijakan
dan program sosio-ekomoni dengan mempertimbangkan dampak dari infeksi HIV/AIDS
·
Peningkatan jangkauan
pada ART akan mengurangi penderitaan, memperpanjang hidup dan meningkatkan
kualitas hidup, juga meningkatkan kegiatan pencegahan dan memperkuat sistem
kesehatan secata umum
·
Untuk meningkatkan
jangkauan ART perlu desentralisasi diagnostik dan jejaring pengobatan dengan
menggunakan dan meningkatkan sarana kesehatan yang ada
·
ART merupakan bagian integral
dari perawatan dan pencegahan yang terpadu dalam layanan kesehatan dasar
·
Art akan memperkuat
program pencegahan
·
Sangat penting untuk
melihatkan pihak yang berkepentingan dan mitra dari sektor pemerintah,
non-pemerintah, masyarakat, ODHA dan organisasi internasional
c) Metode
penanggulangan HIV/AIDS jangka pendek
Upaya
atau metode mencagah AIDS jangka pendek adalah dengan KIE memberikan informasi
kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pada penyebatan virus HIV/AIDS,
sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencagahannya.
Ada 3 pola penyebaran virus HIV/AIDS yaitu :
·
Melalui hubungan
seksual
·
Melalui darah
·
Melalui ibu yang
terinfeksi HIV/AIDS kepada bayinya.
4. Machine
Risiko penularan HIV terjadi bila alat yang
digunakan terkontaminasi virus HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu atau
digunakan secara bergantian dengan orang lain. Alat yang digunakan secara
disuntikkan pada kulit hendaknya dipakai hanya satu kali, kemudian dibuang atau
dicuci dan disterilkan secara seksama.
Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau
semprit secara bergantian: Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit
secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Risiko
penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan
dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau dengan
melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan
dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan
pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal (Universal
Precautions).
Adapun upaya pencegahannya adalah menghindari sebisa
mungkin alat-alat yang telah dipakai atau dipergunakan oleh si penderita Aids
tersebut.
Biasakan
mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan
pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang
diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV. Penggunaan kondom
akan lebih baik juga apabila kita berhubungan badan dengan pasangan lain jenis kita.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
Bab Pembahasan di atas dapat di simpulkan sebagai berikut :
·
Kasus HIV/AIDS di
indoneisa khususnya di Sulawesi Tenggara makin meningkat di karenakan adanya faktor-faktor
seperti leak geografis maupun factor pengaruh dari luar daerah atu luar negeri
·
Unsur-unsur yang
memperngaruhi laju perkembangan virus HIV/AIDS dan peran masyarakat serta
pemerintah dalam upaya penanggulangan virus HIV/AIDS
·
Menurut Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BABPPENAS) Alokasi anggaran program
penanggualang HIV/AIDS di Indonesia hingga kini masih tergantung pada bantuan
luar negeri.
·
Menggunakan tinga
meteode pananggulangan HIV/AIDS yaitu metode jangka panjang, menengah serta
jangka pendek.
·
Penularan virus HIV/AIDS
yang paling efisien yaitu denggan jarum suntik yang di gunakan secara
bergantian seperti penggunaan narkoba suntik.
B.
SARAN
·
Lakukanlah hubungan
seksual dengan intraseksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy)
·
Hindari hubungan
seksual dengan wanita tunasusila
·
Hindari hubungan
seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual
·
Gunakan kondom mulai
dari awal sampai akhir hubungan seksual
Dengan
demikian kita dapat terhindar dari virus mematikan HIV/AIDS.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar