Senin, 16 April 2012

HIV/AIDS


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Banyak orang pernah mendengar tentang penyakit AIDS, tapi sedikit orang yang mengetahui apa sesungguhnya penyakit AIDS itu. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency syndrome yaitu sekumpulan gejala dan infeksi ( sindrom) yang timbul karena rusaknya kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus.
 Tidak disangka ternyata penyakit AIDS yang menakutkan itu sudah menjangkau hampir seluruh propinsi di Indonesia. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Jumlah kasus kematian akibat AIDS diperkirakan 5.500 jiwa. Bahkan yang paling menyeramkan penyakit AIDS ini juga menyerang bayi, kaum ibu dan para pelajar. Melihat hal ini setiap orang perlu mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS tersebut.
Oleh sebab itu penulis mencoba mengangkat topic Aids ini sebagai bahan acuan bagi kita untuk mendalami lebih jauh lagi tentang bahaya AIDS bagi kehidupan kita.

B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana seharusnya kita memaknai kata AIDS itu agar pola kehidupan kita terhindar dari bahaya/ancaman dari penyakit tersebut.

C.     Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah agar kita bisa mengetahui lebih jauh lagi akan bahaya dari penyakit AIDS, dan cara pencegahannya.


BAB II
PEMBAHASAN


A.  Kasus HIV/AIDS
1.    Indonesia
Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia hingga 2010 akan mencapai antara 93 ribu hingga 130 ribu kasus yang prinsip fenomea gunung es yang berlaku menyatakan jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanya 5-10% dari jumlah keseluruhan.
Jumlah penderita HIV/AIDS di indonesia sejak tahun 1980-an hingga september 2009 yang terdata oleh Departemen Kesehatan mencapai 18.422 penderita dengan perbandingan jumlah penderita laki-laki dan perempuan sebesar 3:1.
Direktorat Jenderal Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 dilaporkan tambahan kasus HIV/AIDS mencatapi 351 kasus. Kasus penderita AIDS dari tanggal 1 januari 1987 hingga maret 2011 mencatapi 24.482 kasus dengan angka kematian 4.603 jiwa, laki-laki 17.840 orang akibat penggunaan narkoba suntik (IDU) dan perempuan 6.553 orang. Akibat IDU 665 dan tidak diketahui 89 kasus, akibat IDU 52 kasus menurut faktor resiko, akibat heteroseksual 13.00, hemobiseksual 734, IDU 9.274, tansfusi darah 49, transmisi pinatal 637 dan tidak diketahui 783.

2.    Sulawesi Tenggara
Di propunsi sulawesi tenggara sendiri penderita AIDS mencapai 105 orang, tahun 2010 ditemukan 1 penderita baru.
Masyarakat sulawesi tenggra sudah harus memproteksi diri terhadap perkembangan virus mematikan ini.
Lembata Advokasi HIV/IADS (LAHA SULTRA) ditemukan sebanyak 127 kaus. Tahun 2004-2010 menemukan kasus HIV/AIDS tertinggi di kendari yaitu 38 kasus, kabupaten muna 24 kasus, wakatobi 13 kasus, kabupaten Buton dan kolaka 8 kasus dan kota Baubau 6 kasus, menyusul Bombana 5 kasus, Konawe selatan 4 kasus, kabupaten Konawe 3 kasus dan Konawe utara 3 kasus.
Dari 127 kasus terdiri dari 77 orang pria dan 50 orang wanita. Jumlah kasus yang masih bertahan  hidup dan hingga sekarang tinggal 24 orang. Kendari merupakan persentase jumlah penderita terbanyak, hal ini mungkin karena termasuk saalah satu kota beser dan strategis untuk keluar masuk seseorang.
Dari kelompok umur penderita dari usia 5-14 tahun sebanyak 3 penderita, usia 15-19 tahun sebanyak 3 penderita, selanjutnya usia 20-29 tahun sebanyak 46 kasus, usia 30-39 tahun sebanyak 55 kasus, usia 40-49 tahun 19 penderita dan usia 50 tahun keatas sebanyak 59 kasus.

3.    Baubau
Sementara di kota Baubau, jumlah penderita virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immue Deficiency Syndrome (AIDS), terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Baubau yaitu Mustamin Mortosiswoyo mengatakan bahwa di tahun 2007 lalu jumlah warge yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS hanya 2 orang, ditahun 2008 warga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tidak ada, namun tahun 2009 ditemukan 4 orang dan tahun 2010 5 orang dan ditahun 2011 hingga bulan agustus, warga yang terdeteksi mecapai 9 orang sehingga kumulatif penderita HIV.AIDS saat ini sudah mencapai 20 orang. Meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Baubau, dimungkinkan karena posisi geografis Kota Baubau sendiri merupakan daerah transi kapal-kapal PELNI dari kawasan rimur dan barat indonesia. Boleh juga virus tersebu dibawa oleh warga yang merantau di kota lai seperti : Papua, Ambon, Surabaya, Jakarta bahkan luarnegeri seperti Malalysia namun baru terdeteksi di Baubau kemungkinan yang lain di bawa warga lain yang singgah ke Baubau dan warga Baubau sendiri pernah berhubungan seks di luar kota baubau.

B.   Unsur-unsur yang terkait dalam HIV/AIDS

1.    Man (People)

HIV/AIDS memang virus berbahaya karena belum ada serum, obat atau vaksin yang bisa membunuh virus yang satu ini. Dan yang lebih berbahaya lagi, HIV/AIDS termasuk penyakit menular. Itu lah kenapa orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sering dihindari.
Pada usia remaja, penyebaran HIV yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh hubungan seks tanpa menggunakan pelindung dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan jarum suntik secara bergantian. Pendidikan seks terhadap anak-anak dan remaja sangatlah penting untuk membantu pencegahan HIV melalui penularan secara seksual, selain juga memberikan pengetahuan mengenai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (Penyakit Manular Seksual/PMS), termasuk klamidia, herpes kelamin, gonore, hepatitis B, sifilis, and kutil kelamin (genital warts). Banyak PMS yang menyebabkan iritasi, rasa sakit, atau bisul pada kulit dan selaput lendir yang dapat dimasuki oleh virus. Pengidap PMS, seperti contohnya herpes kelamin, telah terbukti memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi HIV bila orang tersebut melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung dengan seseorang yang positif HIV.
Virus HIV akan mati dengan cepat jika berada diluar tubuh manusia. Virus tersebut tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial biasa atau sehari-hari saja. Anggota keluarga juga tidak akan terkena virus saat mereka menggunakan gelas minum yang dipakai oleh si penderita. Belum ada kasus dimana anak yang terinfeksi HIV menularkan virusnya ke anak lain didalam lingkungan sekolah.
Dikalangan wanita tunasusial atau pekerja seksual sangat beresiko dengan penularan penyakit ini, dikarenakan sering bergonta-ganti pasangan.
Stigma negative terhadap ODHA masih menempel kuat dalam benak masyarakat. Kekurangpahaman masyarakat tentang HIV/AIDS menyebabkan reaksi negative terhadap ODHA. Padahal ODHA juga manusia sosial yang ingin berinteraksi dengan orang lain. Mereka seharusnya tidak langsung memvonis hukuman terhadap ODHA dengan mengasingkannya. Mereka juga ikut bertanggung jawab terhadap penyebaran HIV/AIDS yang terjadi saat ini. Sikap masyarakat yang bersikap acuh tak acuh terhadap fenomena ini menjadi indikator kecacatan masyarakat.
Perlu adanya pemahaman mendalam tentang HIV/AIDS agar masyarakat tidak salah mengambil tindakan. Pembinaan masyarakat mutlak dilakukan secara kontinu sehingga tercipta kesadaran umum. Dari kesadaran ini akan melahirkan kebiasaan masyarakat yang terbebas dari perilaku negative. Karena faktor utama penyebab munculnya HIV/AIDS adalah perilaku negative yang jauh dari norma keagamaan. Sehingga jika ada salah satu anggota masyarakat yang melakukan perilaku menyimpang, dengan serta merta anggota masyarakat yang lain akan segera meluruskan perilaku tsb dan tidak akan membiarkan perilaku tsb menyebar kepada anggota lain. Pada saat itulah penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang secara signifikan.
Masyarakat sebagai pengendali kehidupan sosial memiliki fungsi strategis dalam perencanaan dan penanggulangan HIV/AIDS. Dari anggota masyarakat terkecil (keluarga) hingga berbagai organisasi/lembaga masyarakat harus ikut berperan aktif dalam menangani masalah ini.
Peran strategis masyarakat dalam penanggulangan HIV/AIDS antara lain :
1.    Mendidik anggota keluarga berdasarkan norma agama Keluarga memegang peran utama dalam pendidikan agama khususnya orang tua. Karena mereka adalah guru pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan etika dan moral agama. Tak jarang sumber kejahatan/perbuatan negative berasal dari kondisi keluarga yang carut-marut. Orang tua harus peka terhadap problematika yang dihadapi anaknya dan mampu memberikan solusi terbaik baginya. Khususnya bagi orang tua yang memiliki anak yang mengidap HIV/AIDS, selalu memberikan motivasi positif, mengevaluasi diri terhadap kehidupan keluarganya karena bisa jadi awal keburukan anaknya berasal dari kondisi keluarganya dan senantiasa membantu anaknya setiap saat.
2.    Partisipasi aktif para tokoh masyarakat Tokoh masyarakat yang dianggap sebagai panutan masyarakat ikut andil dalam menjalankan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Tokoh masyarakat ini harus dibekali berbagai informasi mendalam tentang HIV/AIDS agar tidak memunculkan sikap negative terhadap ODHA. Sebagai teladan masyarakat, maka mereka harus menjadi penggerak pertama untuk menanggulangi HIV/AIDS dan turut menciptakan lingkungan yang kondusif setidaknya di lingkungan sekitarnya. Contohnya dengan menjadi kader peduli HIV/AIDS.
3.    Memberdayakan lembaga keagamaan dan adat Faktor penyebab muncul dan menyebarnya HIV/AIDS adalah pergaulan bebas yang menyimpang dari norma keagamaan. Oleh sebab itu, lembaga keagamaan dan adat (jika tidak melanggar norma agama) harus diberdayakan seoptimal mungkin di tengah masyarakat dengan cara lebih giat mendakwahkan syiar agama dan akhlakul karimah (akhlak terpuji). Mereka adalah para tokoh agama yang senantiasa memberikan pemahaman agama kepada masyarakat dan memotivasi ODHA untuk terus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta serta senantiasa melakukan yang terbaik selama hidupnya.
4.    Mengoptimalkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banyak LSM di tengah masyarakat yang harus kita optimalkan fungsinya. LSM dibentuk untuk membantu kelancaran pelaksanaan program-program pemerintah. Jangan sampai LSM yang ada saat ini digunakan untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi. LSM harus mengevaluasi setiap kinerjanya agar selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat khususnya mengenai penanggulangan HIV/AIDS. Bertambahnya jumlah ODHA menjadi pukulan keras bagi LSM karena kegagalan program mereka dalam menghambat laju penyebaran HIV/AIDS.
5.    Memberdayakan peran lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) Lembaga pendidikan sebagai tempat membina anak didiknya menjadi manusia yang intelektual hendaknya tetap mementingkan nilai moral agama. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu memadukan antara IPTEK (Ilmu Pengetahuan) dan IMTAK (Iman dan Takwa). Di Indonesia, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang mampu membentuk manusia menjadi intelektual, namun terkadang lupa dalam menanamkan moral agama. Padahal orang yang pintar tapi hatinya busuk jauh lebih berbahaya bagi Negara daripada orang bodoh. Oleh karena itu,perlu diterapkan metode pendidikan yang mampu menggabungkan intelektual dan agama secara harmonis, tidak berat sebelah. Selain itu, para tenaga kependidikan harus menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Karena mereka menjadi figur yang dijadikan contoh oleh anak didiknya.
6.    Mengoptimalkan peran media massa Pengaruh media massa baik cetak maupun elektronik mampu membentuk karakter pemikiran masyarakat. Sayap media sekarang semakin marak dengan tontonan pergaulan bebas. Padahal media massa memiliki pengaruh sangat besar dalam mendidik masyarakat menjadi manusia yang bermoral dan intelektual. Penyebaran informasi tentang HIV/AIDS dapat diekspos lebih luas dan cepat bila dibandingkan dengan cara manual (face to face). Informasi mendalam tentang penanggulangan HIV/AIDS akan sampai ke tangan masyarakat lebih sempurna melalui media massa karena masyarakat selalu menonton tayangan televisi dan membaca koran/tabloid. Oleh karena itu, pemerintah harus bekerja sama dengan seluruh media massa yang ada di Indonesia untuk berperan aktif mendidik masyarakat bermoral dan intelektual. Dengan adanya kerja sama ini, penanggulangan HIV/AIDS akan terselesaikan dengan sendirinya.
7.    Melakukan berbagai riset untuk menemukan obat HIV/AIDS melalui lembaga riset Selama dua puluh tahun, penelitian terhadap virus HIV/AIDS terus dilakukan oleh lembaga riset dunia. Perkembangan terbaru saat ini adalah berhasil ditumbuhkannya suatu kristal yang memungkinkan peneliti untuk melihat struktur enzim yang disebut dengan integrase. Enzim ini ditemukan pada retrovirus seperti HIV dan merupakan target untuk beberapa obat HIV terbaru. Peneliti dari Imperial College London dan Harvard University mengumumkan telah berhasil memiliki struktur dari integrase dari virus ini. Ini berarti peneliti dapat memulai untuk memahami bagaimana kerja dari obat inhibitor integrase serta bagaimana menghentikan perkembangan HIV/AIDS. Kita berharap obat terbaik bagi ODHA dapat ditemukan secepatnya dan penyebaran HIV/AIDS dapat dihentikan.

Strategi Nasional penanggulangan HIV/AIDS ( Stranas ) pertamadirumuskan dan digunakan sejak 1994. Berbagai perkembangan danperubahan yang terjadi akhir-akhir ini telah mendorong semua pihak untukmenyusun Strategi Nasional yang sesuai kondisi saat ini.Data epidemiologis menunjukkan bahwa penularan HIV di Indonesia sejaktahun 1995 semakin memprihatinkan. Kenaikan jumlah kasus baru darimereka yang tertular HIV meningkat sangat tajam.
Prevalensi HIV pada darah donor terjadi peningkatan 8 kali sejak tahun 1995, sedangkan di beberapa daerah prevalensi HIV positif dikalangan pekerja seks meningkat sampai mendekati 5 %. Tingkat epidemi HIV di Indonesia mengarah pada katagori epidemi terkonsentrasi seperti di Propinsi Riau, Papua, DKI Jakarta dan Bali. Sampai tahun 2002 telah 29 propinsi yang melaporkan adanya kasus HIV di daerahnya.Penularan HIV melalui hubungan seksual merupakan cara penularan yang tertinggi, disusul dengan cara penularan melalui penggunaan jarum suntik secara bersama oleh penyalahguna Napza suntik yang meningkat pesat sampai 8 kali dalam 6 tahun terakhir. Sejalan dengan meningkatnya jumlah kasus HIV, maka jumlah kasus AIDS juga meningkat cepat yang menyebabkan upaya penanggulangan memerlukan bukan saja pada upaya pencegahan, tetapi juga upaya pengobatan, perawatan dan dukungan. Sementara itu diketahui walaupun obat Antiretrovirus telah banyak berkembang, tetapi akses untuk mendapatkannya masih sangat sulit, sangat mahal dan memerlukan langkah-langkah medis khusus dalam penggunaan dan pemantauannya.
Berbagai upaya telah dijalankan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan keluarganya, namun hal ini masih terus berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS dikalangan masyarakat termasuk mereka yang bekerja di unit-unit pelayanan kesehatan. Respon nasional dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah keikutsertaan Indonesia dalam memenuhi komitmen internasional, khususnya kesepakatan yang tercantum dalam Deklarasi UNGASS dan Deklarasi ASEAN tentang penanggulangan HIV/AIDS tahun 2001. Masalah HIV/AIDS telah dibahas dalam Sidang Kabinet Khusus bulan Maret 2002. Dalam konteks ini, pemberian peran yang lebih besar kepada ODHA perlu diperhatikan.
Dari kajian berbagai dokumen dan masukan dari berbagai pihak yang terlibat dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS selama ini, diidentifikasi tujuh area prioritas penanggulangan HIV/AIDS untuk lima tahun mendatang yaitu:
1.  Pencegahan HIV/AIDS.
2.  Perawatan, Pengobatan dan Dukungan terhadap ODHA.
3. Surveilans HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual.
4. Penelitian dan Riset Operasional.
5. Lingkungan Kondusif.
6. Koordinasi Multipihak.
7. Kesinambungan Penanggulangan.

2.    Money
WHO memiliki siklus perencanaan anggaran program dua tahunan. Anggaran yang direncanakan untuk inti HIV / AIDS WHO daerah bekerja untuk 2006-2007 adalah US $ 281.000.000 dengan jumlah tambahan sebesar US $ 99.000.000 yang dibutuhkan untuk mendukung terkait HIV kegiatan di bidang program lain (termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, tuberkulosis, gizi, penting obat-obatan, teknologi kesehatan dan sumber daya manusia untuk kesehatan). Untuk rencana sepenuhnya menerapkan akses yang universal WHO, diperkirakan bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk periode tiga tahun 2008-2010 akan US $ 414.000.000 untuk inti HIV / AIDS area kerja dan tambahan sebesar US $ 137 juta untuk daerah program lainnya.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mengungkapkan, anggaran untuk program penanggulangan HIV/AIDS di indonesia hingga kinii masih tergantung pada bantuan luar negeri
3.    Methode
Metode  untuk penanggulangan mengatasi HIV/IDS antara lain :
a)    Metode penanggulangan HIV/AIDS jangka panjang
Penyebaran AIDS di indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang menimpa orang indonesia adalah mereka yang pernah keluar negeri dan mengadakan bubungan seksual dengan orang asing.
Hasil penelitian menungjukkan bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya adalah 8%. Ada penelitian yang lain, bahwa resiko peularan suami ke istri atau istri ke suami di anggap sama, sebabnya masyarakat tidak perlu takut pada panularan HIV yang penting kita selalu berpegang teguh pada norma-norma kerimuran dan agama kita.
Upaya jangka panjang yang haus kita lakukan untuk mencagah merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggu jawab yang di maksud berperilaku seksual yang bertanggung jawab adalah :
·      Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali
·      Hanya melakukan hubungan seksual dengan intraseksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy)
·      Menghindari hubungan seksual dengan wanita tunasusila
·      Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual
·      Mengurangi satu mitra seksual sesedikit mungkin
·      Hindari hubungan seksual dengan kelompok beresiko tinggi tertular AIDS
·      Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual

Kegiatan tersebut dapat berupa dialog dengan tokoh-tokoh agama, penyebarluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui penataran P4, dll yang bertujuan mempertebal iman serta norma-norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab, diharapkan mampu mencegah penyebaran AIDS di Indonesia.

b)   Metode penanggulangan HIV/AIDS jangka menengah
Dalam penanggulangan jangka mengengah inveksi HIV/AIDS di indonesia, pemerintah akan mengacu pada kebijakan dasar sebagai berikut :
·      Menggunakan pendekatan multisektoral dan kemitraan
·      Menghormati hak azasi dan mendorong tanggujawab dari individu yang terimbas oleh dampak infeksi HIV/AIDS
·      Memberdayakan masyarakat untuk melaksanakan upaya pencegahan infeksi HIV/AIDS dan penyebarannya
·      Perawataan dan dukungan ODHA harus terintregrasi dalam jajaran layanan kesehataan dan layanan sosial yang sudah ada pada saat ini di indonesia
·      Menerapkan kawaspadaan unversal dan program K3 untuk meminimalkan terjadinya penularan dalam semua tindakan medis atau kesehatan
·      Semua tes antibodi HIV/AIDS untuk diagnosis harus dilaksanakan secara sukarela dengan persetujuan dari yang bersangkutan setelah mendapatkan informasi yang jelas dengan konseling pra dan pasca tes yang memadai seta terjamin kerahasiaannya
·      Pengembangan kebijakan dan program sosio-ekomoni dengan mempertimbangkan dampak dari infeksi HIV/AIDS
·      Peningkatan jangkauan pada ART akan mengurangi penderitaan, memperpanjang hidup dan meningkatkan kualitas hidup, juga meningkatkan kegiatan pencegahan dan memperkuat sistem kesehatan secata umum
·      Untuk meningkatkan jangkauan ART perlu desentralisasi diagnostik dan jejaring pengobatan dengan menggunakan dan meningkatkan sarana kesehatan yang ada
·      ART merupakan bagian integral dari perawatan dan pencegahan yang terpadu dalam layanan kesehatan dasar
·      Art akan memperkuat program pencegahan
·      Sangat penting untuk melihatkan pihak yang berkepentingan dan mitra dari sektor pemerintah, non-pemerintah, masyarakat, ODHA dan organisasi internasional

c)    Metode penanggulangan HIV/AIDS jangka pendek

Upaya atau metode mencagah AIDS jangka pendek adalah dengan KIE memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pada penyebatan virus HIV/AIDS, sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencagahannya.
 Ada 3 pola penyebaran virus HIV/AIDS yaitu :
·      Melalui hubungan seksual
·      Melalui darah
·      Melalui ibu yang terinfeksi HIV/AIDS kepada bayinya.

4.    Machine
Risiko penularan HIV terjadi bila alat yang digunakan terkontaminasi virus HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu atau digunakan secara bergantian dengan orang lain. Alat yang digunakan secara disuntikkan pada kulit hendaknya dipakai hanya satu kali, kemudian dibuang atau dicuci dan disterilkan secara seksama.
Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau semprit secara bergantian: Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal (Universal Precautions).
Adapun upaya pencegahannya adalah menghindari sebisa mungkin alat-alat yang telah dipakai atau dipergunakan oleh si penderita Aids tersebut.

Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV. Penggunaan kondom akan lebih baik juga apabila kita berhubungan badan  dengan pasangan lain jenis kita.


BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Berdasarkan Bab Pembahasan di atas dapat di simpulkan sebagai berikut :
·           Kasus HIV/AIDS di indoneisa khususnya di Sulawesi Tenggara makin meningkat di karenakan adanya faktor-faktor seperti leak geografis maupun factor pengaruh dari luar daerah atu luar negeri
·           Unsur-unsur yang memperngaruhi laju perkembangan virus HIV/AIDS dan peran masyarakat serta pemerintah dalam upaya penanggulangan virus HIV/AIDS
·           Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BABPPENAS) Alokasi anggaran program penanggualang HIV/AIDS di Indonesia hingga kini masih tergantung pada bantuan luar negeri.
·           Menggunakan tinga meteode pananggulangan HIV/AIDS yaitu metode jangka panjang, menengah serta jangka pendek.
·           Penularan virus HIV/AIDS yang paling efisien yaitu denggan jarum suntik yang di gunakan secara bergantian seperti penggunaan narkoba suntik.

B.            SARAN
·           Lakukanlah hubungan seksual dengan intraseksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy)
·           Hindari hubungan seksual dengan wanita tunasusila
·           Hindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual
·           Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual
Dengan demikian kita dapat terhindar dari virus mematikan HIV/AIDS.



DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar