BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejumlah
jenis zat gizi memegang peranan dalam pembentukan darah merah(hemopoiesis).
Yang biasa dimaksud dengan pembentukan darah ialah pembentukan arythrocyt
dengan hemoglobin didalamnya. Zat-zat gizi yang berperan dalam homopoiesis
ialah protein, berbagai vitamin dan mineral. Diantara vitamin-vitamin ialah
asam folat,vitamin B12, vitamin C dan Vitamin E, sedangkan di antara mineral
ialah fe, Cu, dan mungkin pula Co. yang paling menonjol menimbulkan hambatan
homo poiesis ada dua kelompok. a)Vitamin : asam Folat dan vitamin B12, b)
Mineral : Fe dan Cu Hanya anemia defisiensi zat besi (Fe) yang mempunyai luas
cakupan nasional diIndonesia dan akan dibahas lebih lanjut di makalah ini yang
berjudul ³. Anemia defisiensi zat besi memang termasuk problema defisiensi gizi
nasional di Indonesia sejak tahun 1988.Anemia ditandai dengan rendahnya
konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit nilaiambang batas (referensi) yang
disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah dan Hb,hemolisis, kehilangan
darah berlebihan.Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena
pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta
dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Saat ini populasi remaja di dunia
telah mencapai 1200 juta jiwa Remaja merupakan masa transisi anak dan dewasa.
Selama remaja perubahan hormonal mempercepat pertumbuhan. Pertumbuhan lebih
cepat dari fase yang lain dalam kehidupan, kecuali fase satu tahun pertama
kehidupan (bayi).
Untuk
pembahasan lebih lanjut penulis akan memaparkan pada bab-bab selanjutnya.
B. Rumusan
masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah :
-
Bagaimana proses terjadinya
anemia defisiensi zat besi ( Fe ) dan jenis anemia?
-
Apakah Akibat yang
ditimbulkan anemia defisiensi zat besi ?
-
Apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan anemia defisiensi zat besi
-
Dan bagaimanakah terapinya
C. Tujuan
Penulisan
-
Tujuan dari penulisan ini
adalah Untuk mengetahui langkah pencegahan anemia defisiensi zat besi
-
Untuk mengetahui proses
terjadinya anemia defisiensi zat besi pada tubuh dan jenis anemianya
-
Untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari anemia defisiensi zat besi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Anemia Defisiensi Zat Besi ( Fe )
Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana
seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya
atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi.
B. Etiologi
Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan
atau penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Penurunan
cadangan zat besi jika bukan pada anemia yang nyata, biasanya dijumpai pada bayi
dan remaja dimana merupakan masa terbanyak penggunaan zat besi untuk pertumbuhan.
Neonatal yang lahir dari perempuan dengan defisiensi besi jarang sekali anemis
tetapi memang memiliki cadangan zat besi yang rendah. Bayi ini tidak memiliki
cadangan yang diperlukan untuk pertumbuhan setelah lahir. ASI merupakan sumber
zat besi yang adekuat secara marginal.
Berdasarkan data dari “the third National Health and
Nutrition Examination Survey” ( NHANES III ), defisiensi besi ditentukan oleh
ukuran yang abnormal dari serum ferritin, transferring saturation, dan/atau
erythrocyte protophorphyrin. Kebutuhan zat besi yang sangat tinggi pada
laki-laki dalam masa pubertas dikarenakan peningkatan volume darah, massa otot
dan myoglobin. Pada wanita kebutuhan zat besi setelah menstruasi sangat tinggi
karena jumblah darah yang hilang, rata-rata 20mg zat besi tiap bulan, akan tetapi
pada beberapa individu ada yang mencapai 58mg. Penggunaan obat kontrasepsi oral
menurunkan jumblah darah yang hilang selama menstruasi, sementara itu alat-alat
intrauterin meningkatkan jumlah darah yang hilang selama menstruasi.
Tambahan beban akibat kehilangan darah
karena parasit seperti cacing tambang menjadikan defisiensi zat besi suatu masalah
dengan proporsi yang mengejutkan. Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi
pada banyak keadaan klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi
zat besi dari makanan terganggu, terutama akibat peningkatan motilitas dan by
pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi. Pasien
dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat menderita defisiensi
zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal ikut terlibat.
Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari radang usus non
tropical ( celiac sprue ). Kehilangan zat besi, dapat terjadi secara fisiologis
atau patologis,
·
Fisiologis
-
Menstruasi
-
Kehamilan, pada kehamilan
aterm, sekitar 900mg zat besi hilang dari ibu
kepada fetus,
plasenta dan perdarahan pada waktu partus.
·
Patologis
Perdarahan saluran makan merupakan penyebab paling sering
dan selanjutnya anemia defisiensi besi. Prosesnya sering tiba-tiba. Selain itu
dapat juga karena cacing tambang, pasien dengan telangiektasis herediter
sehingga mudah berdarah, perdarahan traktus gastrourinarius, perdarahan paru
akibat bronkiektasis atau hemosiderosis paru idiopatik.
Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
·
Wanita menstruasi
·
Wanita menyusui/hamil karena
peningkatan kebutuhan zat besi
·
Bayi, anak-anak dan remaja
yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
·
Orang yang kurang makan
makanan yang mengandung zat besi, jarang makan
daging
dan telur selama bertahun-tahun.
·
Menderita penyakit maag.
·
Penggunaan aspirin jangka
panjang
·
Colon cancer
·
Vegetarian karena tidak
makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan
brokoli
dan bayam.
C. Gejala
Klinik
Ada
banyak gejala dari anemia, setiap individu tidak akan mengalami seluruh gejala
dan apabila anemianya sangat ringan, gejalanya mungkin tidak tampak. Beberapa
gejalanya antara lain; warna kulit yang pucat, mudah lelah, peka terhadap cahaya,
pusing, lemah, nafas pendek, lidah kotor, kuku sendok, selera makan turun, sakit
kepala (biasanya bagian frontal).
Defisiensi
zat besi mengganggu proliferasi dan pertumbuhan sel. Yang utama adalah sel dari
sum-sum tulang, setelah itu sel dari saluran makan. Akibatnya banyak tanda dan
gejala anemia defisiensi besi terlokalisasi pada sistem organ ini:
·
Glositis ; lidah merah,
bengkak, licin, bersinar dan lunak, muncul secara sporadis.
·
Stomatitis angular ; erosi,
kerapuhan dan bengkak di susut mulut.
·
Atrofi lambung dengan
aklorhidria ; jarang
·
Selaput pascakrikoid
(Sindrom Plummer-Vinson) ; pada defisiensi zat besi jangka panjang.
·
Koilonikia (kuku berbentuk
sendok) ; karena pertumbuhan lambat dari lapisan kuku.
·
Menoragia ; gejala yang
biasa pada perempuan dengan defisiensi besi.
Satu
gejala aneh yang cukup karakteristik untuk defisiensi zat besi adalah Pica, dimana
pasien memiliki keinginan makan yang tidak dapat dikendalikan terhadap bahan
seperti tepung (amilofagia), es (pagofagia), dan tanah liat (geofagia).
Beberapa dari bahan ini, misalnya tanah liat dan tepung, mengikat zat besi pada
saluran makanan, sehingga memperburuk defisiensi. Konsekuensi yang menyedihkan
adalah meningkatnya absorpsi timbal oleh usus halus sehingga dapat timbul
toksisitas timbal
disebabkan paling sedikit
sebagian karena gangguan sintesis heme dalam jaringan saraf, proses yang
didukung oleh defisiensi zat besi.
D. Terapi
Defisiensi zat besi berespons sangat baik terhadap
pemberian obat oral seperti garam besi (misalnya sulfas ferosus) atau sediaan
polisakarida zat besi (misalnya polimaltosa ferosus). Terapi zat besi yang
dikombinasikan dengan diit yang benar untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dan vitamin C sangat efektif untuk mengatasi anemia defisiensi besi karena
terjadi peningkatan jumblah hemoglobin dan cadangan zat besi. CDC
merekomendasikan penggunaan elemen zat besi sebesar 60 mg, 1-2 kali perhari
bagi remaja yang menderita anemia.
Zat besi paling baik diabsorpsi jika dimakan diantara
waktu makan. Sayangnya, ketidaknyamanan abdominal, yang ditandai dengan
kembung, rasa penuh dan rasa sakit yang kadang-kadang, biasanya muncul dengan
sediaan besi ini. Tetapi resiko efek samping ini dapat dikurangi dengan cara menaikkan
dosis secara bertahap, menggunakan zat besi dosis rendah, atau menggunakan
preparat yang mengandung elemen besi yang rendah, salah satunya glukonat
ferosus. ³Kompleks polisakarida zat besi seringkali lebih berhasil dibandingkan
dengan garam zat besi, walaupun kenyataannya tablet tersebut mengandung 150 mg
elemen zat besi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø
Anemia defisiensi zat besi
adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat
besi.
Ø
Yang beresiko mengalami
anemia defisiensi zat besi:
-
Wanita menstruasi
-
Wanita menyusui/hamil karena
peningkatan kebutuhan zat besi
-
Bayi, anak-anak dan remaja
yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
-
Orang yang kurang makan
makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging dan telur selama
bertahun-tahun.
-
Menderita penyakit maag.
-
Penggunaan aspirin jangka
panjang
-
Colon cancer
-
Vegetarian karena tidak
makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan brokoli dan bayam.
B. Saran
Marilah kita membudayakan pola
hidup sehat, dengan memperhatikan pola makan secara teratur agar kita dapat
mencapai derajat hidup sehat yang bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
·
www.MamasHealth.com,
information about iron deficiency anemia
·
Stang J, Story M (eds)
Guidelines for Adolescent Nutrition Services (2005),
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.shtm
·
Harrison, Isselbacher,
Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper; PRINSIPPRINSIP
·
Ilmu Penyakit Dalam edisi
13, volume 3; 1919-1921; penerbit buku kedokteran EGC